Sabtu, 12 Mei 2018

Isu-isu gender kontemporer di diskusi SGF 2017

Isu-isu gender kontemporer di SGF 2017

Jadi mereka (peserta SGf) diminta untuk mengelompok dan membahas isu-isu tentang ketimpangan gender dalam ranah politik, hukum, ketenaga kerjaan, ekonomi, sosial budaya, kesehatan, media  ataupun agama. Kedudukan perempuan dalam memegang politik, disini walaupun perempuan diberi kursi jabatan dalam eksekutif maupun yudikatif namun suara mereka dalam berpendapat juga tidak sering didengar atau justru perempuan sendiri yang minder dalam mengeluarkan pendapat. Kemudian tentang hukum, dari produk hukum dan penegak hukumnya masih dirasa mendiskriminasi perempuan. Pembahasan tentang poligami. Kenapa hanya lelaki yang bisa poligami? Kenapa perempuan tidak boleh poliandri?  Sebenarnya,  poligami itu maklum jika seorang laki-laki itu adil, namun perilaku adil itu sangat sulit karena beda 0,000001% saja dalam memperlakukan istri dianggap itu tidak adil. Dan adanya poliandri akan membuat bingung untuk menentukan siapa si penanam benih. Adanya ketimpangan ekonomi, ketika seorang istri memutuskan untuk bekerja diluar rumah namun seorang suami tetap meminta istrinya untuk selalu mengerjakan kegiatan rumah hal ini disebut beban ganda. Apalagi apabila bekerja di luar negeri, lagi-lagi perempuan disalahkan karena tidak bisa mengurus rumah tangga, suami dan anaknya. Adapun dalam kesehatan, adanya peningkatan angka kematian ibu dan memberi beban kependudukan kepada ibu, karena meminta ibu untuk KB. Dan media pun menyoroti, perempuan dianggap sebagai isu seksi yang selalu dijadikan bahasan yang tidak pernah habis. Begitulah Isu-isu gender kontemporer yang didiskusikan  oleh sahabat dan sahabati dalam Sekolah Gender dan Feminisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar