Rabu, 18 November 2015

Islamisasi Ilmu Pengetahuan



Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Oleh : Ayu Nurul Sarah
Islamisasi merupakan salah satu kata yang sudah tidak asing lagi didengar. Islamisasi dapat didefinisikan sebagai proses pengislaman. Proses pengislaman ini tidak hanya diperuntukan terhadap manusia, tetapi juga diperuntukan terhadap hal-hal yang menyangkut kemaslahatan umat. Salah satu hal yang menyangkut kemaslahatan umat adalah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dapat menjadi salah satu media untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan maju. Namun apakah semua ilmu pengetahuan yang dipelajari umat manusia sesuai dengan ajaran Islam? maka dengan adanya Islamisasi Ilmu Pengetahuan akan mampu menghilangkan keraguan dalam mendalami suatu ilmu.
Islamisasi ilmu pengetahuan merupakan istilah yang menjelaskan berbagai usaha dan paradigma untuk menyelaraskan antara etika Islam dengan berbagai bidang ilmu. Sehingga, hasil akhirnya akan menjadi ijma’ (kesepakatan) baru bagi umat Islam dalam bidang keilmuan yang sesuai dengan metode ilmiah yang tidak bertentangan dengan norma-norma agama Islam. kita tahu bahwa ilmu selalu mengalami pembaharuan dan perbaikan sesuai dengan kaidah. Ilmu selalu berada dari yang kurang menjadi sempurna, yang kabur menjadi jelas, yang bercerai berai menjadi terpadu, yang keliru menjadi lebih benar dan yang masih rekaan menjadi lebih meyakinkan.Dari hal tersebut diatas dapat ditarik benang merahbahwa yang dimaksud Islamisasi Ilmu Pengetahuan adalah suatu usaha untuk menciptakan ilmu pengetahuan Islami yang berdasarkan pada nilai-nilai Islam yang terlepas dari pengaruh ilmu pengetahuan yang ada di Barat.
Dikotomi Ilmu Pengetahuan
Menapak tilasi mata kuliah Ilmu Pendidikan dimana membahas tentang Hegomoni Peradaban Barat atas Timur,dimana Hegomoni sendiri diartikan sebagai hubungan antara penjajah-terjajah, subyek-obyek, penindas-tertindas. Apa saja yang dihegemoni? Tentunya banyak hal seperti ideologi, budaya, bahasa, politik, militer, ekonomi, teknologi dan termasuk juga ilmu pengetahuan. Pada empat abad pertama sejak munculnya Islam memang terlihat  kejayaan peradaban Islam dimana ilmu pengetahuan berkembang pesat. Namun, setelah itu terlihat adanya kemunduran peradaban.
Kemunduran peradaban atau yang disebut dengan “Cultural Decline” yang diawali dengan munculnya fenomena dikotomi antara “Islamic Knowledge” dan “Non-Islamic Knowledge” mulai menghinggapi umat Islam yang hanya mengkhususkan pengembangan ilmu-ilmu agama, dari sisi ini pula terlihat kemunduran Islamic civilization karena non-Islamic knowledge yang sudah tidak menjadi perhatian lagi dalam dunia pendidikan Islam. Lalu setelah abad ke 12 makna ulama mengalami penyempitan sebagai sosok yang hanya memperkaya diri dengan ilmu-ilmu agama khususnya ilmu fiqih dan akhirnya pada periode ini dan seterusnya fiqih menjadi induk ilmu dan mengasingkan ilmu-ilmu lain.
Cara Mengislamkan Kembali
Dan sekarang kita hidup pada abad ke 21 dimana peradaban Islam tidak pernah mencapai puncak finalnya, masih terasa pula hegemoni bangsa Barat. Jika begitu bisa dihitung berapa tahun umat Islam tertinggal, dimulai sejak abad 12 ke abad 21 kurang lebih 9 abad atau 900 tahun umat Islam tertinggal. Selama itu pula para Ilmuwan Barat berlomba-lomba dalam mengkaji Qur’an dan Hadits serta kitab-kitab yang kita sebut orang Orientalis, lalu bagaimana dengan kita umat Islam yang hanya penikmat kajian mereka tanpa menelaah kembali? Selama ini umat Islam hanya membaca dan menghafal al-Qur’an. Padahal al-Qur’an berisi tentang 3 hal yaitu Sosial humaniora, Sains dan Teknologi, dan Ilmu Pengetahuan Agama. Sementara selama ini umat Islam hanya mempelajari Ilmu Pengetahuan Agama yang bahkan hanya fokus terhadap fiqih saja.Disadari atau tidak ternyata selama ini umat Islam telah tergerus oleh faham Fatalisme yang merenggut etos kerja dan mengandaskan idealisme hari ini dan esok.
Lalu bagaimana mengIslamkan Ilmu pengetahuan yang dalam berbagai bidang tersebut? Coba tengok kembali keagungan peradaban Islam di masa lampau, sehingga perlu bagi kita untuk menekuni dengan intensif dan seksama dan menirunya. Kemajuan peradaban Barat yang menguasai dunia sampai hari ini juga perlu diarifi, karena Islam memberi petunjuk bahwa wisdom dari manapun berasal (min ayyi wi’a), selayaknya diserap secara bijak. Tanamkan pula pada diri kita bahwa manusia sebagai Agen of Change yaitu aktor perubahan dan peradaban merupakan proses yang akan terus berjalan, dengan kata lain sebuah keputus asaan terhadap realita sosial yang korup tidak ada dalam vocabulary Islam.
Integrasi Ilmu UIN Walisongo
Pembahasan tentang integrasi ilmu pengetahuan dan ilmu agama tidak lepas dari lingkungan terdekat kita, kita tengok kembali transformasi IAIN Walisongo yang telah berganti menjadi UIN sejak Oktober 2014 lalu, yang diharapkan menjadi salah satu pusat kajian dan pengembangan Islam di Indonesia. Yakni, pusat kajian dengan ciri khas keIslaman, keindonesiaan, dan kemodernan. Perubahan menjadi UIN akan menjadi integrasi ilmu umum dan ilmu agama. Dengan hal itu UIN diharapkan bisa mewujudkan Islam yang akomodatif, tanggap terhadap perubahan, dan adaptif. 
Dapat dilihat pada Logo UIN Walisongo, bentuk logo UIN Walisongo adalah lentera, melambangkan ilmu pengetehuan yang menyinari kehidupan. Terlihat pula dalam logo empat simpul geometri yang bersinggungan dan berpadu satu sama lain sehingga membentuk empat ruas. Empat ruas tersebut mewakili empat aspek utama pengembangan UIN Walisongo yaitu theo-anthroposentris, humanisasi ilmu-ilmu keIslaman, spiritualisasi ilmu-ilmu modern, dan revitalisasi local wisdom. Theo-anthroposentris yang berarti perpaduan antara pengetahuan dari Tuhan dan manusia, Humanisme ilmu-ilmu keIslaman yang berarti pemberdayaan masyarakat melalui ilmu pengetahuan Islam, Revitalisasi local wisdom yang berarti usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu, Spiritualisasi ilmu-ilmu modern yaitu memodernisasikan ilmu-ilmu.
Dari beberapa hal itulah, tentunya untuk mencapai itu semua diperlukan dukungan dari seluruh elemen baik internal maupun eksternal. Segala sesuatu membutuhkan perubahan, tentu saja ke arah yang lebih baik. Transformasi IAIN menjadi UIN bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan, namun ini adalah awal dari sebuah kemajuan karena kualitas pendidikannya semakin baik. Dan inilah integrasi keilmuan yang berjalan secara harmonis dan saling mengisi.

Menulis Merupakan Bentuk Kontribusi Pemuda terhadap Bangsa



Menulis Merupakan Bentuk Kontribusi Pemuda terhadap Bangsa
Oleh : Ayu Nurul Sarah
            Banyak orang yang menganggap meneliti tidak banyak merubah keadaan sebuah bangsa. Karena hasil sebuah penelitian tetaplah sebuah tulisan yang selesai di baca tidak menuntut perubahan, atau bahkan sekedar menjadi jejeran buku di rak penelitian. Dialek pemikiran yang seperti itu merupakan kesalahan yang fatal, banyak orang-orang besar yang berkembang melalui sebuah tulisan. Pada hakikatnya tulisan itulah yang mampu mematangkan pola pikir mereka sebagai faktor pendukung munculnya sebuah tindakansehinggamampu menumbuhkan kreativitas dari setiap individu.
            Tulisan yang banyak dikaji pada masa kini adalah penelitian. Karena penelitian merupakan tulisan hasil tinjauan real dari kehidupan sosial masyarakat. Dengan memunculkan sebuah masalah dan memberikan solusi terbaik guna pemecahannya. Sehingga kiprah dari tulisan itu bisa langsung di aplikasikan dalam sebuah masyarakat. Banyak sekali kaum muda yang terinspirasi setelah membaca sebuah penelitian yang dianggapnya menarik. kemudian ia berusaha menemukan kekurangan dari penelitian tersebut dan menyempurnakannya dengan penelitian terbarunya. Kita sering menjumpai di beberapa karya besar imam Syafi’i yang sesungguhnya merupakan hasil inspirasi dari karya Abu Hanifah dan imam Malik. Andai kata di kaji lebih mendalam maka kita akan menemukan karya Syafi’i merupakan sebuah karya penyempurnaan dari andil 2 imam besar yang menjadi gurunya.
            Golongan muda dekade ini banyak memanfaatkan waktu untuk memenuhi kebutuhan emosional, sehingga pemikiran mereka sering terkesan membeku. Susah untuk menyampaikan apa yang menjadi uneg- uneg gara-gara kurangnya ke-pede-an. Menulis adalah jalan mujarab untuk mengatasinya, perantara gesekan pena dan kertas lah yang mampu mengungkapkan pemikiran mereka. Kreativitas sering kali bermunculan melalui sebuah tulisan karena mereka bisa leluasa menyampaikan gagasannya tanpa terhalang oleh faktor temperamental.
            Menulis dalam penelitian adalah menjawab sebuah persoalan. Ketajaman analisa sangat dibutuhkan untuk pengujian hipotesis nya. Hal tersebut dapat di identifikasi melaluikelengkapan penyajian data, objektivitas data dan juga dari pengalaman yang pernah di alami oleh si peneliti pada waktu dulu.
            Imaginasi akan efektifnya sebuah metode bila hanya dibayangkan dalam kehidupan masyarakat akan tetap menjadi angan- angan jika kita tidak memulai menulis dan meneliti nya. Sering kali ketika terjadi kejadian yang tidak sekehendak kita, maka secara reflek otak akan berfikir solusi terbaik untuk membuat kondisi lebih menguntungkan. Disitulah pentingnya penelitian. Misalkan ketika seorang guru tidak mampu mengapresiasi muridnya untuk mengeluarkan ide-ide mereka,kemudian seorang anak secara reflek akan berfikir untuk menambah tegangan pada kondisi tersebut. Misal dengan memainkan sebuah game maka hal itu akan memicu para siswa berfikir keras demi menemukan sebuah ide guna kemenangannya dalam game tersebut. Hal itu akan menjadi lebih menarik bukan?. Angan tersebutlah yang harus ditindak lanjuti dengan penelitian guna menguji keefektifan metode game yang ada pada benak si anak. Sehingga secara real bisa di sampaikan penemuan yang telah di buktikan.
            Masalah adalah awal mula adanya kegiatan mengkaji dan meneliti. Kontribusi dari meneliti inilah yang kemudian dapat memecahkan permasalahan. Karena penelitian tidak sekedar menulis sebuah tulisan tapi juga pemberian kontribusi untuk sebuah persoalan. Seorang peneliti akan dengan mudah menemukan permasalahan yang di hadapi oleh bangsanya. Karena meneliti merupakan usaha menemukan solusi yang ingin dicapainya. Sehingga tulisan tersebut bisa dimanfaatkan para pejuang bangsa dengan mengaplikasikan hasil dari penelitian kepada masyarakatnya.
            Meneliti juga pembelajaran yang sangat baik yang bisa dilakukan generasi muda untuk meneguhkan keberadaannya di pengembangan bangsa yang sudah merdeka ini. Dengan belajar meneliti generasi muda akan lebih peka terhadap permasalahan kecil dan besar yang sedang dihadapi oleh bangsanya. Pemikiran-pemikiran cemerlang merekalah yang memberikan kepercayaan penuh untuk pejuang bangsa. Terbukti pada era reformasi yaitu kebanggaan bung karno akan peran satu generasi muda berbanding dengan 1000 generasi lanjut usia. Dari meneliti inilah pemikiran mereka bisa tersalurkan untuk membangun bangsa dengan banyak kreativitas. Sehingga tersebutlah bangsa yang di junjung tinggi martabatnya.
            Namun Sering kali menulis hanya berupa coretan tanpa makna karna tidak terarah nya tujuan dan tidak adanya sistematika yang baik dan benar untuk mengaturnya. Sangat berbeda dengan penelitian yang mengarahkan kita pada tujuan yang jelas serta cara menulis yang sistematis dengan kaidah yang benar sehingga bisa diterima oleh kalayak umum.
            Setumpuk kata tentang pentingnya penelitian untuk memberikan kontribusi nya kepada bumi pertiwi. Mengasah motivasi untuk berperan demi kesuksesan bersama. Sekian dan terima kasih.